Saya tidak suka orang
yang iya-iya saja. Saya malah tidak merasa safe. Saya membutuhkan rekan kerja
yang tak takut mengkritik. – Adriani Noeh Abubakar (Founder & CEO of
content company: KVB | Kennedy, Voice & Berliner – sebuah public relation
agency)
Itu saya kutip dari buku Lead
to the Top (SWA Media Bisnis, 2020), sebuah buku yang menceritakan tentang kisah
perjalanan perempuan-perempuan hebat di Indonesia. Mereka hebat karena telah
menjadi perempuan pemimpin yang impactful, minimal bagi perusahaan, karyawan dan
stafnya.
"Saya ingin tim saya menjadi orang-orang berinisiatif dan inovatif, bukan tim yang terus dibimbing yang akan membuat organisasi lemah, karena semangat kerja tim merupakan jembatan jurang target keberhasilan," kata Jane Fransisca, Chief Financial Office (CFO) PT Great Giant Pineapple.
Filosofi mereka tentang kerja, memimpin dan gender sangat
keren. “Kunci keberhasilan bukanlah diukur dari banyaknya klien dan
penghasilan, tetapi lebih kepada dampak apa yang dihasilkan dari pekerjaan kita
untuk mereka,” kata Shirley D. Santoso, CEO Kerney Indonesia.
Ada 14 orang yang ditulis di buku itu. Ada Meryati Bandjarnahor (Chief Financial Officer PT Asuransi Adira), Siti Choiriana (Direktur Consumer Service PT Telkom Indonesia dan petempuan hebat lainnya. Mereka mempunyai latar belakang dan liku-liku perjuangan untuk menjadi sukses yang yang berbeda-beda.
Namun diantara keberagaman itu terdapat kesamaan. Mereka antara
lain mempunyai tipikal yang relatif sama; stay
hungry, stay foolish. Mereka tak pernah berhenti merasa lapar untuk
menyerap pengetahuan baru, dan berupaya untuk tidak merasa kenyang dengan
pencapaian yang ada. Karenanya mereka merasa harus terus belajar.
Banyak cara yang mereka lakukan untuk mendapat pengetahuan
baru itu. Elin Waty, Presiden Direktu PT Sun Life Financial Indonesia yang
memimpin lebh dari 500 karyawan dan hampir 8.000 tenaga pemasar, misalnya,
mengajak sejumlah karyawannya untuk sarapan pagi. Dalam acara itu mereka bebas
bertanya tentang apa saja tanpa ada sekat-sekat yang membuat mereka “takut”
Dulu ada seorang perempuan bernama Cassandra. Menurut
mitologi Yunani, dia dikaruniai kecantikan yang membuat kaum pria terpesona dan
piwai dalam ramal-meramal. Ramalannya selalu tepat. Sayangnya orang-orang tak
percaya dengan omongannya.
Orang-orang meremehkan omongan Cassandra. Bukan karena dia
suka berbohong, kurang cerdas atau karena ramalannya tidak tepat, melainkan
karena kutukan. Konon Cassandra adalah putri Raja Priam dan Ratu Hecuba dari
Troya. Kakaknya adalah Hector, pahlawan perang Yunani-Troya.
Suatu hari dewa perang, Apollo, terpikat kepada Cassandra.
Untuk memikat Cassandra, dia memberikan
sebuah hadiah berupa kemampuan meramal masa depan. Cassandra menerima pemberian
itu, dan ramalannya selalu terjadi. Namun, setiap kali ramalannya terbukti,
Cassandra mengingkari kalau kemampuan itu adalah pemberian tulus Apollo.
Cassandra melihat pemberian itu sebagai bujukan atau rayuan.
Apollo kecewa. Namun pemberian itu tak dapat ditarik
kembali. Cassandra dihukum karena kemampuan meramalnya. Cassandra tetap
memiliki kemampuan meramal masa yang akan datang, namun orang-orang tidak
mempercayainya. Dia dihukum dengan ketidakmampuannya meyakinkan setiap orang
terhadap prediksi dan ramalannya. Akibatnya, orang tidak mempedulikan
omongannya dan menganggapnya sebagai bualan belaka.
Cassandra yang meramalkan dan mengingatkan bahwa pemberian
kuda kayu raksasa yang telah ditinggalkan oleh orang-orang Yunani di luar
tembok Troy akan menjadi bencana bagi warga Troya. Namun, orang tak
mempercayainya. Mereka menarik kuda kayu itu masuk kota. Pada malam hari, saat
warga Troya yang selama itu tak terkalahkan tiba-tiba diserang prajurit keluar
dari kuda kayu itu. Hanya dalam semalam mereka mengalahkan Troya yang selama 10
takut mampu bertahan dari gempuran pasukan luar.
Sekarang, tidak ada seorang pun di dunia saat ini yang
diberkahi dengan pandangan ke depan yang sempurna. Namun, banyak peristiwa dan bencana
yang terjadi sepanjang waktu. Mereka memiliki Cassandra yang mengingatkan kemungkinan
bencana sehingga mereka dapat mengambil tindakan untuk menghibdari atau
mengurangi risiko bencana.
Dalam kajian psikologi, mitologi Cassandra disebut sebagai Cassandra Complex. Di lingkungan kita, Cassandra Complex bisa muncul karena budaya diam sebagai konsekuensinya dari rasa keamanan psikologis yang rendah. Ketika orang merasa tidak aman, sampai pada titik tertentu akan diam, takut bersuara, berinisiatif dan sebagainya.
Penyebabnya bisa bermacam-macam, bisa
karena takut disalahkan, dan sebagainya termasuk iklimnya memang tidak konsusif
bagi orang-orang untuk bersuara berbeda.
Tingkat keamanan psikologis yang rendah, kata Amy C. Edmondson dari Harvard Business School
dalam bukunya The fearless organization -
Creating Psychological Safety in the Workplace for Learning, Innovation, and
Growth (
dapat menciptakan budaya diam. Mereka juga dapat menciptakan budaya Cassandra - lingkungan di mana berbicara diremehkan dan peringatan tidak diindahkan. Terutama ketika berbicara membutuhkan perhatian pada hasil yang tidak menyenangkan, seperti kasus Cassandra dalam prediksi perangnya, mudah bagi orang lain untuk tidak mendengarkan atau percaya.
Oleh karena itu, budaya diam bukan hanya budaya yang
menghambat berbicara tetapi budaya di mana orang gagal mendengarkan dengan
penuh pertimbangan kepada mereka yang berbicara - terutama ketika mereka
membawa berita yang tidak menyenangkan.
Cassandra adalah seorang wanita Trojan yang diberi karunia
penglihatan ke depan oleh para dewa. Dewa-dewa Yunani, menjadi iblis yang licik
(bagaimanapun juga, "ironi," adalah kata Yunani), ditambah dengan
pemberian ramalan mereka kepada Cassandra dengan kelemahan bahwa meskipun dia
dapat meramalkan masa depan dengan benar, dia tidak akan dipercaya.
Cassandra meramalkan bahwa pemberian kuda kayu raksasa yang
telah ditinggalkan oleh orang-orang Yunani di luar tembok Troy akan menjadi
bencana bagi Trojan. Bisa ditebak (tidak ada permainan kata-kata), mereka tidak
mempercayainya. Mereka menyeret kudanya ke kota, dan prajurit Yunani muncul
dari sana pada malam hari untuk menjarah kota setelah sepuluh tahun perlawanan
pendukung Trojan yang kuat.
Sekarang, tidak ada seorang pun di dunia saat ini yang
diberkahi dengan pandangan ke depan yang sempurna. Namun, banyak bencana yang
dapat dicegah terjadi sepanjang waktu, dan masing-masing memiliki Cassandras,
mengingatkan mereka yang mungkin telah mencegah mereka dari tindakan yang
mungkin telah mereka lakukan yang akan menyelamatkan hari itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar