Tahun 2016, Nieman merilis laporan terkait dengan isu
kesetaraan palsu. Ini terutama berkaitan dengan cara melaporkan Trump yang memerankan
dirinya sebagai aktor politik. Namun demikian, Trump tidaklah sendirian.
Dalam konteks politik, liputan media Inggris dan Italia
terkait isu Uni Eropa juga mengindikasikan kuatnya fenomena kesetaraan palsu, baik
ketika aktor politik utama dikutip maupun ketika para jurnalis itu sendiri membangun
kesetaraan palsu dalam copy berita mereka tentang Uni Eropa.
Kesetaraan palsu adalah kekeliruan logis di mana kesetaraan
ditarik antara dua subjek berdasarkan alasan yang salah atau caat. Kekeliruan
ini dikategorikan sebagai kekeliruan inkonsistensi. Dalam bahasa sehari-hari,
kesetaraan palsu sering disebut sebagai "membandingkan apel dan jeruk."
Contoh sederhana dari kesetaraan palsu adalah mengatakan
bahwa pisau dan dinamit adalah alat yang dapat digunakan sebagai senjata. Keduanya
hampir sama. Karena itu jika kita mengizinkan orang untuk membeli pisau di
toko, itu berarti kita mengizinkan orang untuk membeli dinamit.
Ketika suatu isu menjadi berita yang menghebohkan, jurnalis
sering dihadapkan pada tantangan untuk mengambil keputusan dengan cepat
sehingga mereka tidak mempunyai banyak waktu untuk memeriksa faktanya. Para propagandis -- orang yang ingin
menggunakan media untuk menyebarkan tujuan atau keyakinan tertentu -- sering
memanfaatkan kekacauan itu untuk menyebarkan rumor dan teori konspirasi.
Mereka sering membuat akun media sosial palsu, lalu
menggunakan akun palsu lainnya untuk berkomentar, mendukung atau menyukai suatu
postingan. Bahkan jurnalis terlatih pun dapat terjerumus pada postingan palsu
saat membagikan secara luas informasi dari suatu akun yang kelihatannya benar di
palform social media seperti Twitter atau Facebook.
Kesetaraan palsu juga terjadi ketika media, misalnya, mengundang
dua "pihak" yang berlawanan pada suatu masalah untuk berdebat. Tetapi
satu pihak tidak menyampaikan argumentasi yang didukung bukti kuat, misalnya
dia hanya mengatakan itu salah atau pokoknya salah tanpa menunjukkan
argumentasi kenapa itu salah. Kedua pihak memang diberi waktu dan bobot yang
sama untuk menciptakan kesan yang salah tentang kesetaraan. Argumen-argumen
palsu seperti ini sering menyebar di media sosial sebelum dapat dibantah.
Seperti yang dikatakan oleh Nicco Mele, direktur Shorenstein
Center on Media, Politics and Public Policy di Harvard (Lewis 2016), tekanan
untuk "keberimbangan" dalam berita memungkiri fakta penting, yakni kesetaraan
palsu itu sendiri adalah bentuk dari ketidakbenaran. Mele memberi contoh
kampanye kepresidenan Trump. Menurut Mele, kampanye Trump seringkali memaksa
ruang redaksi untuk menghadapi kesetaraan palsu secara langsung.
Apa yang Anda lakukan ketika akumulasi fakta yang luar biasa
terletak di satu sisi argumen? Apakah Anda harus terlihat menawarkan sejumlah copy
yang persis sama untuk argumen tandingan? Selama beberapa tahun terakhir, liputan
BBC tentang 'Eropa' dalam beberapa kali program berita pagi unggulan BBC,
Today, dimulai dengan wawancara dengan Nigel Farage, pemimpin kelompok yang anti-Uni Eropa. Apakah ini tidak menciptakan kesetaraan yang
salah?
Farage memimpin Partai Brexit yang saat ini memiliki 29
Anggota Parlemen Eropa (MEP) dan empat Anggota Majelis Nasional Wales. Partai
Brexit mengkampanyekan keluarnya Britania dari Uni Eropa (UE). Itu sebabnya
banyak pengamat mengatakan bahwa pembingkaian seperti dalam program Today telah
berkontribusi tidak hanya pada kesetaraan yang salah tetapi juga penyimpangan
debat yang membantu menciptakan platform untuk Farage.
Sumber:
Lewis, H. (2016, November 18). Post-Truth Politics. Nieman
Reports.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar