Medicis dikenal sebagai keluarga yang menekuni bisnis
perbankan di Florence, Italia. Mereka gemar mendanai para pencipta dari
berbagai disiplin ilmu. Karena keluarga ini, beberapa orang dari berbagai
profesi seperti pematung, ilmuwan, penyair, filsuf, pemodal, pelukis, dan
arsitek sering berkumpul di kota Florence.
Di sana mereka berdiskusi satu sama lain, belajar dari satu
sama lain, meruntuhkan penghalang antara disiplin dan budaya, dan menemukan
hal-hal baru. Ketika individu-individu ini terhubung, ide-ide baru berkembang
di persimpangan bidang masing-masing. Mereka bersama-sama menempa dunia baru
berdasarkan ide-ide baru sehingga melahirkan Renaisans, salah satu era paling
inventif dalam sejarah.
Kemampuan menghubungkan pertanyaan, masalah, atau ide yang
tampaknya tidak terkait dari berbagai bidang, merupakan inti dari DNA innovator.
Para innovator inilah yang menjadikan Florence menjadi kota pusat ledakan
kreatif, salah satu era paling inovatif dalam sejarah. Efek dari keluarga Medici
dapat dirasakan bahkan sampai hari ini.
Dalam buku The Medici Effect: What Elephants and
Epidemics Can Teach Us about Innovation (Harvard Business School Press, 2006) Frans Johansson menulis bahwa
seseorang bisa menciptakan hal-hal baru (baca inovasi) yang hebat dengan cara
berinteraksi dengan orang-lain lain dalam suatu tim atau organiasi misalnya.
Orang dapat melakukannya dengan menyatukan berbagai disiplin
dan budaya dan mencari tempat yang memungkinkan satu sama lain terhubung. George
Soros, salah satu investor paling dihormati saat ini, untung besar ketika pada
1992 menggoyang Bank of England.
Soros menghasilkan keuntungan lebih dari $ 1 miliar haya
dalam satu sore dengan bertaruh bahwa
pound sterling dinilai terlalu tinggi. Peristiwa itu terkenal dengan sebutan Black Wednesday. Meskipun Soros juga mengalami kerugian yang cukup besar,
rekam jejak Soros sebagai investor sangat mencengangkan. Dia telah menghasilkan
miliaran untuk dananya.
Warisan terpentingnya bukanlah soal uang yang dia kumpulkan,
melainkan ide-idenya tentang demokrasi, filosofinya tentang kapitalisme, dan
pendekatannya terhadap filantropi. Soros mengumpulkan ide-ide dari orang-orang
di sekitarnya yang memiliki latare belakang berbeda. Ada yang ahli di bidang keuangan
dan filsafat untuk menciptakan strategi filantropi yang inovatif.
Strategi itu, yang belum pernah terjadi sebelumnya, berfokus
pada transformasi negara menjadi masyarakat yang didasarkan pada pengakuan
bahwa tidak ada yang memonopoli kebenaran — apa yang disebutnya “Open Societies”.
Disini Soros menemukan persimpangan. Namun, dia menemukan cara untuk
menghubungkan bidang yang benar-benar terpisah dan dia berhasil melakukannya
dengan cara yang berarti. Hasilnya, seperti yang dapat Anda lihat dari
berita-berita yang selama ini membuat Anda terkesima dan mengagumi, atau
mungkin mencelanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar