Tadi pas utak-utak materi kuliah Marketing Public Relations, secara kebetulan saya menemukan artikel Drummond, Helga. (1993). ‘‘The Power of Impression Management.’’ Artikel ini membahas tentang bagaimana orang dapat mengelola kesan atau citra diri mereka untuk mempengaruhi persepsi orang lain tentang diri mereka.
Drummond juga menekankan
bahwa pengelolaan kesan dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti mengenakan
pakaian yang tepat, berbicara dengan bahasa tubuh yang percaya diri, atau
bahkan menggunakan strategi manipulatif untuk mengubah persepsi orang lain
tentang diri kita.
Namun, Drummond juga
mengingatkan bahwa pengelolaan kesan yang berlebihan dapat menjadi manipulatif
dan merugikan, terutama jika tujuannya adalah untuk menipu atau memanipulasi
orang lain. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pengelolaan kesan yang
jujur dan autentik, yang mencerminkan nilai-nilai pribadi dan organisasi yang
sebenarnya.
Tahun 2015, saya menulis tentang pentingnya
citra atau image yang baik bagi sebuah perguruan tinggi. Citra yang baik dapat
memengaruhi reputasi perguruan tinggi di mata masyarakat dan calon mahasiswa,
sehingga dapat memengaruhi daya tarik dan jumlah pendaftarannya (https://www.edhyaruman.com/search?q=image+perguruan+tinggi).
Artikel ini juga menjelaskan beberapa
faktor yang dapat memengaruhi citra perguruan tinggi, seperti kualitas
pengajaran, kualitas penelitian, fasilitas, dan keterlibatan dalam kegiatan
sosial. Oleh karena itu, artikel ini menyarankan perguruan tinggi untuk
meningkatkan kualitas pengajaran dan penelitian, meningkatkan fasilitas dan
infrastruktur, serta meningkatkan keterlibatan dalam kegiatan sosial untuk
meningkatkan citra dan reputasi perguruan tinggi.
Penelitian yang
berkualitas tinggi dan memiliki dampak positif pada masyarakat dapat
meningkatkan citra universitas tersebut. Sebaliknya, penelitian yang buruk atau
kontroversial dapat merusak citra universitas.
Di buku itu, Smyth mengkritik praktik manajemen modern yang
seringkali melibatkan "rock star academics" yang memiliki pengaruh
besar dalam mengatur kebijakan dan budaya organisasi. Mereka seringkali
menciptakan citra yang kuat dan berkuasa melalui keahlian akademis mereka,
tetapi juga terkadang menggunakan pengaruh mereka untuk mendapatkan keuntungan
pribadi dan mengabaikan nilai-nilai akademik yang seharusnya menjadi fokus
utama universitas.
Rock star academics mengacu pada beberapa
akademisi terkenal dianggap sebagai bintang rock atau selebritas karena
reputasi dan prestasi mereka dalam bidang penelitian dan publikasi, terutama
dalam ilmu sosial dan humaniora.
Akibatnya, mereka sering diberikan
perlakuan istimewa oleh pimpinan universitas dan mungkin mendapatkan sumber
daya lebih banyak dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang kurang terkenal.
Smyth berargumen bahwa fenomena ini menjadi salah satu contoh dari bagaimana
neoliberisme memengaruhi struktur dan budaya universitas, dan mengarah pada
pengorbanan nilai-nilai pendidikan yang seharusnya menjadi tujuan utama
universitas.
Smyth juga menulis bahwa
tekanan untuk mempertahankan citra positif seringkali menghambat kebebasan
akademik dan kreativitas penelitian. Kepentingan komersial dan politik dapat
membatasi kebebasan akademik dan mempengaruhi arah penelitian, sehingga
menghasilkan penelitian yang hanya bertujuan untuk memperbaiki citra
universitas.
Untuk itu, Smyth
mengimbau agar peneliti tetap berpegang pada etika penelitian yang sesuai dan
tidak terpengaruh oleh tekanan untuk mempertahankan citra universitas.
Lalau bagaimana dengan
Zombie Leadership? Konsep "zombie leadership" mengacu pada
kepemimpinan di perguruan tinggi yang cenderung mengikuti dan menerapkan
kebijakan dan praktik yang diimpor dari luar, tanpa mempertimbangkan konteks
lokal dan nilai-nilai yang ada di perguruan tinggi tersebut.
Smyth menyatakan bahwa
"zombie leadership" ini cenderung menghasilkan kebijakan dan praktik
yang tidak efektif dan bahkan dapat merusak lingkungan akademik, karena
kurangnya pemahaman dan keterlibatan yang tepat dari para pemimpin dalam
konteks lokal perguruan tinggi tersebut.
Selain itu, zombie
leadership juga mengacu pada kepemimpinan yang tidak memiliki inisiatif atau
kreativitas, hanya mengikuti tren dan arus yang sedang berkembang, tanpa
mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang bagi perguruan tinggi dan
masyarakatnya.
Menurut Smyth, zombie leadership dapat menyebabkan citra universitas menjadi buruk
karena kebijakan dan strategi yang dijalankan tidak sesuai dengan kebutuhan dan
konteks universitas itu sendiri.
Sebagai contoh, jika pimpinan universitas
hanya fokus pada peningkatan jumlah mahasiswa tanpa memperhatikan kualitas
pendidikan dan kesejahteraan mahasiswa, maka citra universitas dapat tercoreng
dan kepercayaan masyarakat terhadap universitas tersebut dapat menurun.
Oleh karena itu, penting bagi pimpinan
universitas untuk mempertimbangkan kepentingan dan kondisi universitas serta
meningkatkan image universitas melalui kebijakan dan strategi yang tepat dan
berkelanjutan.
Dalam artikel
Drummond, ia membahas tentang bagaimana pengelolaan kesan dapat digunakan
sebagai alat untuk memperkuat kekuasaan dan citra positif seseorang, termasuk
di dalam konteks bisnis dan organisasi. Namun, ia juga mengingatkan bahwa
pengelolaan kesan yang berlebihan dan manipulatif dapat merugikan, terutama
jika tujuannya adalah untuk menipu atau memanipulasi orang lain.
Drummond menekankan pentingnya
pengelolaan kesan dalam dunia bisnis dan organisasi, di mana citra dan reputasi
sangat berharga. Artikel ini memberikan wawasan yang berguna bagi mereka yang
ingin meningkatkan keterampilan pengelolaan kesan, tetapi juga menjadi pengingat
bahwa integritas dan kejujuran tetap menjadi nilai yang sangat penting dalam
dunia bisnis dan organisasi.
Bila disimak, artikel Drummond, Helga.
(1993). ‘‘The Power of Impression Management,’’ dengan John Smyth dalam buku
"The toxic university: zombie leadership, academic rock stars and
neoliberal ideology" serta artikel "Suka Tidak Suka, Bagi Perguruan
Tinggi Image itu Penting" di www.edhyaruman.com,
ketiganya membahas tentang pentingnya citra atau image yang baik dalam
lingkungan akademik.
Artikel Drummond dan buku Smyth membahas
tentang bagaimana pimpinan universitas dan akademisi dapat memanfaatkan
strategi impression management untuk mempertahankan citra yang baik di mata
publik, sementara artikel di www.edhyaruman.com
membahas tentang pentingnya citra untuk memengaruhi reputasi perguruan tinggi
di mata masyarakat dan calon mahasiswa.
Selain itu, ketiga sumber tersebut juga
membahas tentang faktor-faktor yang dapat memengaruhi citra perguruan tinggi,
seperti kualitas pengajaran, penelitian, fasilitas, dan keterlibatan dalam
kegiatan sosial.
Dengan demikian,
meskipun topiknya berbeda, dua artikel (Drummond, Helga. (1993). ‘‘The Power of
Impression Management,’’ dengan John Smyth dalam buku "The toxic
university: zombie leadership, academic rock stars and neoliberal
ideology") menyoroti pentingnya integritas dan nilai-nilai etis dalam praktik
manajemen, termasuk dalam hal pengelolaan citra dan pengaruh dalam organisasi.
Smyth menekankan bahwa nilai-nilai akademik
yang sebenarnya harus menjadi fokus utama universitas, sementara Drummond
menekankan bahwa pengelolaan kesan yang jujur dan autentik harus diutamakan
untuk mencapai tujuan organisasi yang positif.
Refensi:
Drummond, H. (1993). The power of
impression management. The International Journal of Bank
Marketing, 11(5), 19. https://www.proquest.com/scholarly-journals/power-impression-management/docview/231452133/se-2
Smyth, J. (2018). The toxic university:
zombie leadership, academic rock stars and neoliberal ideology. Palgrave Macmillan
https://www.edhyaruman.com/search?q=image+perguruan+tinggi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar