A bird does not sing because it has an answer. It sings because it has a song
"Seekor burung
tidak bernyanyi karena ia memiliki jawaban. Ia bernyanyi karena ia memiliki
sebuah lagu."
MAYA ANGELOU
Maya Angelou adalah
seorang penulis, penyair, dan aktivis hak sipil Amerika yang terkenal. Lahir
pada 4 April 1928 di St. Louis, Missouri, dengan nama asli Marguerite Annie
Johnson, Angelou mengalami masa kecil yang penuh tantangan, termasuk rasisme,
pelecehan seksual, dan trauma yang menyebabkan dia menjadi bisu selama beberapa
tahun.
Ungkapan A bird does
not sing because it has an answer. It sings because it has a song sangat populer di kalangan penggiat kesetaraan. Ungkapan itu adalah metafora tentang
pentingnya mengekspresikan diri dengan bebas, tanpa tekanan untuk selalu
memberikan jawaban atau mencapai sesuatu yang spesifik.
Ini seperti
mengingatkan bahwa dalam membuat karya seni atau saat berkreasi, tidak selalu
harus ada alasan atau tujuan yang jelas; kadang-kadang, melakukan sesuatu hanya
karena ingin melakukannya adalah alasan yang cukup.
Ungkapan ini juga
menekankan keunikan setiap individu. Seperti burung yang memiliki lagunya
masing-masing, setiap orang memiliki cara unik dalam mengekspresikan diri. Hal
ini menggarisbawahi pentingnya menghargai dan merayakan perbedaan, serta
menyadari bahwa tidak semua orang harus berkontribusi atau berekspresi dengan
cara yang sama.
Di sisi lain, ungkapan
ini juga mengajak individu untuk merenungkan dan mengeksplorasi diri sendiri.
Ini adalah tantangan untuk menemukan apa yang benar-benar membuat seseorang
bersemangat dan apa yang ingin mereka bagi dengan dunia, menemukan 'lagu' mereka
sendiri di tengah banyaknya suara dan hiruk pikuk kehidupan.
Angelou, seorang
perempuan yang lahir di tengah pergolakan zaman, merangkai perjalanan hidupnya
dengan benang-benang peristiwa yang keras namun berwarna. Di lembah kelam
rasisme dan diskriminasi yang membayangi masa kecilnya di Amerika Selatan, ia
bertumbuh, berakar dalam ketidakadilan yang mendalam. Sebagai wanita
Afrika-Amerika, ia berjalan di atas jembatan yang goyang antara warna kulit dan
gender, tempat setiap langkahnya diwarnai prasangka dan hambatan.
Tragedi yang mencekam
mengejarnya sejak usia muda, saat ia menjadi korban kekerasan seksual oleh
pacar ibunya. Luka itu bukan hanya mengiris tubuhnya, tapi juga menjalar ke
jiwa, membungkam suaranya selama bertahun-tahun dalam kebisuan yang
menyakitkan. Angelou, yang percaya bahwa suaranya telah memicu tragedi yang
lebih besar, memilih untuk menenggelamkan kata-katanya dalam lautan kesunyian.
Dalam melintasi padang
gurun kesulitan ekonomi sebagai ibu tunggal, Angelou menyulam kehidupannya
dengan seribu satu pekerjaan. Dari pelayan hingga penari, setiap pekerjaan yang
ia lakoni bukan hanya untuk bertahan hidup, tetapi juga menjadi medan tempa kekuatan
dan ketahanannya.
Sebagai penulis dan
aktivis, Angelou sering menemui tembok penghalang. Industri yang didominasi
oleh orang kulit putih dan laki-laki membuat jalan yang ia tempuh menjadi lebih
berliku dan menantang. Namun, dengan tekad yang tak kunjung padam, ia terus merangkak,
mendaki, bahkan menerobos hambatan tersebut.
Kritik dan penolakan
pun seringkali menghampiri karya dan pandangannya. Namun, sebagaimana batu yang
terkikis menjadi patung yang indah, setiap kritik dan penolakan itu hanya
menempa Angelou menjadi lebih kuat dan teguh. Dari setiap cobaan dan kesulitan,
ia menemukan benih-benih inspirasi dan motivasi yang ia taburkan dalam
karyanya.
Maya Angelou, dengan
segala pergulatan dan tantangan yang ia hadapi, tak pernah berhenti tumbuh dan
berkembang. Setiap pengalaman pahitnya bertransformasi menjadi sumber inspirasi
yang ia bagikan kepada dunia. Melalui kata-kata dan tindakannya, ia mengajarkan
tentang kekuatan untuk bangkit, berbicara, dan membuat perubahan. Dalam setiap
lembar karyanya, terukir pelajaran bahwa di balik setiap kesulitan, terdapat
kekuatan dan motivasi untuk terus bergerak maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar