Juara berkali-kali
turnamen Wimbledon, Roger Frederer, suatu hari pernah ditolak masuk arena Wimbledon
oleh petugas keamanan. Kisah ini menjadi lebih menarik ketika diketahui bahwa
Federer hanya ingin menikmati secangkir teh di Wimbledon, tetapi tidak
diizinkan masuk karena tidak membawa kartu keanggotaan.
Dalam episode _"The Daily Show"_
yang disiarkan pada 8 Desember 2022 malam, Federer mengklarifikasi pengalaman
uniknya itu. Federer menceritakan,
dia baru saja kembali dari Tokyo untuk urusan sponsor dan ingin menemui dokter
di London untuk konsultasi mengenai kedua mengenai lututnya yang sedang
bermasalah.
“Saya di Tokyo untuk
sponsor saya, Uniqlo, dan saya kembali ke London untuk menemui dokter guna
mendapatkan pendapat kedua tentang lutut saya karena akhir-akhir ini lutut saya
tidak baik,” kata Frederer.
Setelah janji dokter,
dia memiliki waktu luang dua jam sebelum terbang pulang ke keluarga. Mereka
memutuskan untuk mampir ke Wimbledon untuk minum teh. Namun, saat tiba di
gerbang, petugas keamanan menanyakan kartu keanggotaannya, yang ternyata tidak
dia bawa.
Situasi menjadi
canggung ketika Federer mencoba menjelaskan bahwa dia itu termasuk anggota
Wimbledon karena telah memenangkan turnamen itu beberapa kali. Namun, petugas
tersebut tetap pada aturannya. Frederer mengalah. Dia tidak masuk ke Wimbledon.
Akhirnya, petugas keamanan
mengizinkan masuk setelah seorang penggemar yang mempunyai kartu keanggotaan mengajaknya.
Federer mengaku penggemar itu di luar sempat memintanya untuk selfie. Karena
penggemarnya itu, Frederer menghabiskan waktu satu jam untuk minum teh di
Wimbledon, merenungkan kejadian unik tersebut.
Kejadian ini
mencerminkan sebuah paradoks yang menarik. Di satu sisi, ada peraturan yang
harus diikuti oleh semua orang, termasuk tokoh-tokoh terkenal seperti Federer.
Di sisi lain, ada ekspektasi bahwa orang-orang dengan status tertentu mungkin
mendapatkan perlakuan khusus.
Federer, meskipun
sebagai pemenang berkali-kali di Wimbledon, masih harus mengikuti aturan yang
sama seperti orang lain, yaitu memiliki kartu keanggotaan untuk memasuki area
tersebut.
Namun, situasi ini
juga menunjukkan bagaimana pengaruh dan popularitas seseorang bisa mengubah
keadaan. Ketika seorang penggemar mengenali Federer dan mengajaknya masuk,
barulah petugas keamanan mengizinkannya.
Hal ini menimbulkan
pertanyaan tentang seberapa jauh keberadaan dan pengaruh seseorang dapat
mempengaruhi keputusan dan aturan yang telah ditetapkan.
Kisah Federer ini
bukan hanya tentang penolakan masuk ke Wimbledon, tetapi juga tentang bagaimana
masyarakat memandang aturan dan pengaruh individu terhadapnya.
Ini merupakan cerminan
dari dinamika sosial di mana aturan dapat ditekuk berdasarkan status sosial
seseorang, sekaligus menunjukkan pentingnya menjaga konsistensi dalam penerapan
aturan, tanpa memandang status atau prestasi individu.
Ketika pada akhirnya
Federer diizinkan masuk, kisah ini menyoroti dinamika kompleks antara keadilan,
ketenaran, dan penerapan aturan dalam masyarakat. Ini juga menunjukkan
bagaimana figur publik seperti Federer dapat mempengaruhi persepsi publik
tentang etiket dan kerendahan hati.
Kisah ini bukan hanya
tentang seorang bintang tenis yang tidak diizinkan masuk ke klub di mana ia
telah mencapai kesuksesan besar, tetapi juga tentang bagaimana kita sebagai
masyarakat menghargai aturan dan memberikan pengecualian.
Pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa
ini berkaitan erat dengan nilai karakter, kerendahan hati, dan kebaikan. Mematuhi
peraturan tanpa manipulasi adalah pintu gerbang menuju terciptanya ketertiban..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar