Di dunia akademik, kepentingan utama seseorang menulis artikel adalah dibaca dan dipelajari orang lain. Namun demiian, seperti yang digagas dalam perilaku (konsumen), sebelum dibaca orang harus mengetahui bahwa artikel itu ada. Pertanyaannya, bagaimana supaya orang tahu bahwa artikel itu ada?
Di digital, ada konsep optimasi mesin
pencari akademik (Academic Search Engine Optimization - ASEO), yang bertujuan
untuk mengoptimalkan literatur ilmiah agar lebih mudah diindeks dan ditemukan
oleh mesin pencari akademik seperti Google Scholar.
Dibandingkan dengan optimasi mesin pencari
(Search Engine Optimization - SEO) untuk halaman web, ASEO memiliki perbedaan
signifikan, termasuk target mesin pencari yang berbeda (tidak ada pemimpin
pasar tunggal seperti Google di dunia akademik). Tantangan dalam mendapatkan
indeksasi (banyak literatur akademik tidak tersedia di web terbuka) salah
astunya adalah keterbatasan dalam memodifikasi artikel yang sudah diterbitkan,
dan fokus pada judul dan abstrak daripada teks penuh artikel.
Beberapa peneliti tertarik untuk memastikan
bahwa artikel mereka terindeks oleh mesin pencari akademik seperti Google
Scholar, IEEE Xplore, PubMed, dan SciPlore.org. Hal ini sangat meningkatkan
kemampuan mereka untuk membuat artikel tersedia bagi komunitas akademik.
Tidak hanya penting bagi penulis untuk
memastikan artikel mereka terindeks, tetapi juga penting untuk memperhatikan
posisi artikel dalam daftar hasil pencarian. Seperti halnya hasil pencarian
berperingkat lainnya, artikel yang ditampilkan di posisi teratas lebih mungkin
dibaca.
Di dunia web, optimasi
mesin pencari (SEO) untuk situs web merupakan prosedur yang umum. SEO
melibatkan penciptaan atau modifikasi situs web sedemikian rupa sehingga
memudahkan mesin pencari untuk merayapi dan mengindeks kontennya.
Komunitas besar yang
membahas tren terbaru dalam SEO dan memberikan saran untuk webmaster melalui
forum, blog, dan newsgroup, telah berkembang pesat. Bahkan, artikel penelitian
dan buku tentang SEO juga telah tersedia.
Ketika SEO pertama
kali diperkenalkan, banyak yang menyatakan kekhawatiran bahwa praktik ini akan
mendorong spam dan penyesuaian yang berlebihan, dan memang, spam mesin pencari
menjadi masalah serius. Namun, saat ini, SEO telah menjadi prosedur yang umum
dan diterima luas, dan secara keseluruhan, mesin pencari berhasil
mengidentifikasi spam dengan cukup baik.
Argumen terkuat untuk
SEO mungkin adalah fakta bahwa mesin pencari itu sendiri menerbitkan panduan
tentang cara mengoptimalkan situs web untuk mesin pencari. Namun, informasi
serupa tentang mengoptimalkan literatur akademik untuk mesin pencari akademik, sepengetahuan
kami, belum ada.
Situasi ini
menimbulkan tantangan khusus dalam dunia akademik, di mana visibilitas dan
aksesibilitas penelitian dapat sangat berpengaruh pada penyebaran dan pengakuan
karya ilmiah. Tanpa panduan yang jelas tentang cara mengoptimalkan literatur
akademik untuk mesin pencari akademik, para peneliti dan akademisi mungkin
tidak memanfaatkan sepenuhnya potensi mesin pencari akademik untuk meningkatkan
jangkauan dan dampak penelitian mereka.
Oleh karena itu,
pengembangan dan penyebaran praktik terbaik dalam optimasi mesin pencari
akademik menjadi penting untuk memastikan bahwa karya ilmiah dapat dengan mudah
ditemukan dan diakses oleh komunitas akademik dan peneliti di seluruh dunia.
ASEO tidak dimaksudkan sebagai cara untuk
"menipu" mesin pencari akademik, melainkan sebagai upaya untuk
membantu mesin pencari memahami konten karya ilmiah agar dapat membuatnya lebih
mudah diakses dan tersebar luas.
Meskipun ada kemungkinan beberapa peneliti
akan mencoba meningkatkan peringkat mereka dengan cara yang tidak sah, masalah
serupa juga dihadapi dalam pencarian web reguler, dan mesin pencari akademik
diharapkan dapat mengatasi spam dengan sukses seperti yang telah dilakukan
mesin pencari web.
Dalam jangka panjang, ASEO dianggap akan
memberikan manfaat bagi semua pihak: penulis, mesin pencari, dan pengguna mesin
pencari.
RUJUKAN
Beel, J., Gipp, B., & Wilde, E.
(2010). Academic Search Engine Optimization (ASEO). Journal of
Scholarly Publishing, 41(2), 176–190. doi:10.3138/jsp.41.2.176
Tidak ada komentar:
Posting Komentar